Entri Populer

Sabtu, 26 Maret 2011

SIBORU DEAK PARUJAR.........

SIBORU DEAK PARUJAR



Pada masyarakat suku batak, bahwa awal terbentuknya bumi ini memiliki cerita atau legenda yang perlu kita renungkan, sebelum mesuknya pengetahuan agama ke tanah batak bahwa terjadinya langit dan bumi ini memiliki cerita atau turi – turian yang tidak jauh berbeda dengan yang diajarkan para missioner yang datang ke tanah batak dalam penyebaran agama pada ratusan tahun silam seperti tertulis dalam berbagai buku kitap suci.
Setelah Allah ( Debata Mulajadi Nabolon ) menciptakan benua atas ( banua ginjang ) lahirlah anak perempuan dari Bataraguru yang diberi nama “ Siboru Sobarjadi “ dan “ Siboru Deakparujar “, setelah anak perempuannya sudah besar atau sudah remaja maka dijodohkanlah Siboru Deakparujar kepada Siraja Adopadop dengan tanda pemberian sebuah cincin sebagai tanda mata untuk membentuk sebuah rumah tangga baru, tampa disadari cincin Siboru Deakparujar yang diterimanya itu terjatuh dari salah satu lubang benua atas ( Banua ginjang ) ke banua tengah ( banua tonga ), sehingga Siboru Deakparujar berencana untuk turun ke benua tengah ( banua tonga ) untuk mengambil cincinnya ayang jatuh itu, sehingga ia mengambil sehelai benang untuk sebagai jalannya turun ke banua tengah.
Ternyata setelah sampai di benau tengah ( banua tonga ) ternyata belum ada terbentuk tanah sebagai tempat berpijak hanya lautan luas yang ada, sehingga Siboru Deakparujar hanya dapat terombang ambing dan melayang – layang di bawa angin kesana kemari.
Karena belum ada tanah sebagi tempat berpijak di banua tengah, maka Siboru Deakparujar memanggil yang bernama “ Leang – leang Mandi “ dan menyuruhnya untuk meminta tanah satu genggam saja kepada ‘ Dewata Mulajadi Nabolon “ ( Allah Yang Maha Besar ), dan ia pun menjadikan tanah tersebut sebagai tempatnya berpijak.
Setelah ada tanah tempat untuk berpijak, maka Dewata Mulajadi Nabolon menyuruh Leang – leang Mandi untuk menjemput Siboru Deakparujar dari bumi agar kembali ke banua atas ( banua ginjang ), ternyata Siboru Deakparujar tidak mau lagi kembali ke banua atas. Disuruhnya lagi “ Raja Padoha “dari banua atas untuk menjemput Siboru Deakparujar juga tidak mau untuk kembali ke banua atas, sehingga Siraja Padoha menjadi sangat marah, karena sebelumnyapun Siraja Padoha sudah tidak senang melihat Siboru Deakparujar karena dia tidak mau menjadi istrinya.
Tampa di sadari Siboru Deakparujar tanah yang dijadikannya itu sebagai tempatnya tinggal telah di goyang – goyang ( dihutur – hutur ) si Raja Padoha sehingga terbelah – belah menjadi beberapa pulau, kecarianlah Siboru Deakparujar siapa gerangan yang telah menggoyang – goyang tanah tempatnya tinggal dan sudah terbelah – belah menjadi beberapa pulau besar, tiba – tiba muncullah si Raja Padoha dan berkata “ Ah……ahu do on, Raja Padoha “,ujarnya. Sehingga Siboru Deakparujar tidak habis akal, kenapa Raja Padoha begitu nakal sama Siboru Deakparujar. Lalu Siboru Deakparujar menyuruh Leang – leang Mandi untuk meminta daun sirih ( Napuran ) dari bibiknya ( Namborunya ) bernama “ Nan Bauraja “ dan dari “ Na Rudang Ulubegu “ untuk di makan (dikuyah ), setelah di makan bibirnyapun menjadi merah ( songon

garage ma ibana songon garugu, nasada ibana gabe songon na tolu pulu ), setelah bibirnya memerah diludahkannyalah ( dibursikkon ) air siriuhnya kepada Raja Padoho.
Bertambah cantiklah Siboru Deakparujar di hadapan Raja Padoha dan iapun memintanya agar dapat diberikan sirihnya ternyata Siboru Deakparujar tidak mau memberi sirihnya dan ia berkata “ Miak – miak ni ompunta do i, si padenggan pusu – pusu, si pahombang ate – ate, si paulak hosa loja, hasurungan ni boru ni raja, tanda ni hapantunon, tandani paradaton ( inilah pertanda bahwa yang memakan sirih adalah putri seorang Raja ) “ ujarnya. Kalau memang Raja Padoha mau makan sirih ini, kau harus mau apa saja yang kuminta darimu tambahnya, dan saya akan memasung kaki, tanganmu yang terbuat dari besi, tambah Siboru Deakparujar. Raja Padoha memenuhi semua permintaan Siboru Deakparujar, asal ia mau menjadi istrinya, dan diikatlah Raja padoha sekuat kuatnya pada tungko – tungko si pitu tanduk si sia ulu – ulu ( kayu tujuh tanduk Sembilan kepala ) agar tidak bisa bergerak.
Setelah Raja Padoha di pasung, ia pun meminta janji Siboru Deakparujar agar diberikan sirih yang sudah di janjikannya, ternyata Siboru Deakparyjar tidak mau juga memberikannya, bahkan ia menyuruh Leang – leang Mandi untuk pergi ke Mulajadi Nabolon untuk meminta tujuh gemgam tanah untuk dijadikan menutupi Raja Padoha hingga terbenam.
Raja Padoha pun bertanya kepada Siboru Deakparujar, apa maksud dan tujuannya berbuat seperti itu kepadanya, lalu Siboru Deakparujar menjawab “ itulah upahmu yang telah merusak tanah yang kujadikan itu. Kalau memang begitu hulalo ma tano na tinompamon ( saya akan mendatangkan gempa di tanah yang kau jadikan ini ) “, ujar Raja Padoha. Siboru Deakparujar pun menjawabnya lagi “ Nungnga husuhulhon ho tu bonani tungkot tada – tada tualang na bolon sisia ulu, tungkot ni Mulajadi Nabolon “ ( saya sudah mengikatmu pada tongkat Tuhan Allah )”, ujarnya lagi.
Sehingga sampai saat ini, apabila ada datang gempa di tanah batak maka warga akan menyebut “ Suhul, suhul,suhul……….”beberapa kali agar gempanya berhenti.
Siboru Deakparujar tidak mau lagi kembali ke banua atas , sehingga tunangannya bernama Si Raja Adopadop turunlah ke bumi (banua tonga ) yang akhirnya mereka membentuk rumah tangga yang baru, dan tidak beberapa lama perkawianan mereka berjalan lahirlah anaknya kembar dua yang satu anak laki – laki dan yang satunya anak perempuan ( dalam suku batak marporhas ) dan diberi nama Ihatmanisia untuk anaknya laki – laki dan Siboru Ihatmanisia nama untuk anaknya yang perempuan.
( Erlin Hasibuan/dari berbagai sumber ).

1 komentar: