Entri Populer

Sabtu, 26 Maret 2011

LEGEBDA DANAU TOBA............

LEGENDA DANAU TOBA







Danau Toba yang sangat indah dan menawan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di wilayah Sumatera Utara kota Parapat.( Foto : Erlin Hasibuan )

Pada dahulu kala, hiduplah seorang jejaka ditepian danau toba bernama Djuara Dungdang, dan tinggal di sekitar sungai sipangolu di kaki gunung Pusuk Buhit, seorang pengembara yang pekerjaannya hanya berburu dan sebagai nelayan, ia hidup dalam kesendirian dan pergi kemana ia mau dan berjalan sesuai kehendak kaki melangkah dan selalu mengikuti buruannya.
Entah kenapa sudah tujuh hari tujuh malam Djuara Dungdang ( gelar Baoa si pogos – pogos ) ini tidak mendapat tangkapan hasil buruan ataupun mendapat seekor ikan dari hasil bubunya ( perangkap ikan ), iapun sangat resah lalu melanjutkan perjalanannya ke hulu sungai untuk menambatkan bubunya, ternyata ia disana menemukan kubangan air yang sangat bening, jernih dan didalamnya kelihatan sangat banyak ikannya, maka iapun memasangkan bubunya di dalam air, lama ia menunggu tak seekor ikan pun masuk kedalam bubunya.
Dengan penuh sabar Djuara Dungdang menunggu dan menunggu dengan hati gelisah dan dengan keyakinan yang pasti akan ada ikan yang masuk ke dalam bubunya untuk dibawa pulang ke rumah , terkadang ia berpikir untuk mengganti bubunya yang dibuatnya mungkin terlalu besar, namun dengan tiba – tiba Djuara Dungdang mendapat sesuat bisikan agar jangan mengganti bubunya lagi.
Setelah waktu sore hari menjelang malam akan tiba, ia melihat ada seekor ikan besar masuk ke dalam bubunya, Djuara Dungdang sangat bahagia dan girang karena ikan yang tertangkap sangat besar dilihatnya, sehingga ia sangat takut melihatnya. Dengan perasaan sangat gemetar iapun mengangkatnya dengan sekuat tenaga dan ikan besar tersebut dibawanya pulang kerumahnya.
Dalam kegelapan malam ia telah sampai dirumahnya dan meletakkan bubu dan ikannya di rumah Sopo ( salah satu jenis rumah adat batak ), sementara itu ia mempersiapkan kayu bakar untuk rencana memanggang ikan tersebut, tiba – tiba di kegelapan remangnya malam Djuara Dungdang seakan mendengar sayup – sayup suara bisikan seolah – olah ikan tersebut minta tolong agar jangan di potong.
Untuk menyakinkan pendenganrannya, ia mendekati ikan tersebut dan benar – benar bersuara dan dapat berbicara. Dengan rasa ketakutan Djuara Dungdang menyalakan lampu palitonya dan ia pun melihat ikan ajaib tersebut telah berubah menjadi wujud manusia seorang perempuan yang sangat cantik dan sisiknya telah berubah menjadi kepingan – kepingan emas, ia sangat kaget campur bahagia, sehingga mengurungkan niatnya untuk membakar ikan tersebut dan ia pun menghampiri perempuan cantik itu.
Lalu ia membenahinya dan menyimpan sisik – sisik ikan tersebut dengan harapan semakin banyak memperoleh emas dari sisik – sisik ikannya karena dalam hatinya semakin banyak emas yang diperoleh ia pun akan menjadi orang kaya di kampungnya dan karena senangnya Djuara Dungdang sampai ketiduran. Belum beberapa lama ia tertidur, ia sangat kaget karena seseorang gadis cantik membangunkannya untuk pamit pulang.
Dengan penuh harap dan memomohon Djuara Dungdang menyampaikan niatnya untuk menjadikan perempuan cantik tersebut sebagai istrinya, alangkah terkejutnya Djuara Dungdang karena gadis cantik itu menjawabnya dengan senang hati dan mengatakan “ Saya mau menjadi istri mu, asal kau mau berjanji dan bersumpah, bahwa kelak kau tidak akan menceritakan dan mengungkit – ngungkit asal usulku, serta kejadian ini tidak perlu diketahui oleh siapapun apalagi kepada anak – anak kita kelak nanti ( naso jadi dohononmu ahu sian dekke manang hatahonommu tu pinomparta muse ) “ Ujar sigadis cantik itu.
Djuara Dungdang pun berjanji bahwa tidak akan melanggar sumpah/janji mereka, Siboru Nauli menegaskan kembali bila sumpah/janji di ingkari dan di langgar bala akan datang atau mara bahaya akan terjadi di tanah yang mereka tempati dan Siboru Nauli akan kembali ketempatnya semula akan menjadi seekor ikan mas.
Persyaratan yang diajukan oleh Siboru Nauli pun diterima oleh Djuara Dungdang, dan ia tidak akan menceritakan kepada siapapun apa yang ia telah janjikan baik dikala senang maupun dikala susah, ia tidak akan mengucapkan hal ini kepada siapa pun.
Tidak beberapa lama perkawinan mereka berlangsung, lahirlah anaknya laki – laki dan kebahagiaan mereka terwujud dengan lahirnya anak tersebut sebagai hasil dari cinta mereka, dan kenyataan tidak seperti yang mereka harapkan anak tersebut tumbuh semakin besar namun semakin nakal dan sangat manja sehingga sering timbul masalah. Bagaimana merawat dan membesarkan si Bursok, kadang – kadang suami istri ini saling menuduh, saling menyalahkan antara ibu dan bapak.
Biasanya yang mengantarkan makanan kesawah sebagai bekal suaminya adalah sang istri, tetapi setelah anaknya menjadi besar, suatu ketika pekerjaan itu sudah diserahkan kepada Sibursok, ia disuruh untuk mengantarkan nasi ayahnya dan selalu terlambat karena si Bursok selalu bermain - main dulu bersama teman – temannya dan selalu berenang dulu disungai yang kebetulan kalau keladang harus melewati sungai sehingga nasi


Gunung Pusuk Buhit yang diyakini sebagai tempat asal mula orang batak yang diturnkan oleh Mulajadi Nabolon ( Tuhan Yang Maha Esa ) kala itu. ( Foto : Erlin Hasibuan ).

untuk ayahnya sering sampai kesiangan, membuat Djuara Dungdang sering kelaparan.
Disuatu hari ibunya menyuruh si Bursok untuk mengantarkan nasi ayahnya ke sawah, kebiasaan terulang ia mandi dan berenang lama bersama teman – temannya, setelah lama berenang si Bursok merasa lapar sehingga nasi yang dibawanya untuk ayahnya ia makan sampai habis, setelah itu ia pun pergi menemui ayahnya. Sesampainya di sawah, ia taruh tempat nasi disana dan Sibursok pergi begitu saja, karena sudah merasa salah telah menghabiskan nasi bawaannya, karena ia takut dimarahi.
Melihat anaknya datang, sang bapak menghampiri tempat nasinya, setelah membukanya ternyata hanya tempat nasi yang sudah kosong, sedangkan ia sendiri sudah sangat lapar sekali, akibatnya ia sangat marah melihat tingkah laku anaknya.Sehingga ia lupa akan janjinya karena tidak tertahankan lagi rasa kesalnya karena lapar, akhirnya Djuara Dungdang mengumpat dan berteriak – teriak memanggil anaknya dan memarahinya dengan kata – kata umpatan, ia memaki sepuasnya hingga ia mengucapkan kata – kata yang tidak boleh diucapkan, “ Dasar anak ikan, anak yang tidak bisa diatur “, ujarnya.
Mendengar ucapan serta perlakuan ayahandanya itu si anak pun lari ketakutan pulang kerumah sambil menangis dan mengadu kepada ibunya, ia lalu menceritakan perlakuan dan kata – kata umpatan ayahnya kepada si ibu, mendengar itu si ibu sangat sedih karena Djuara Dungdang suaminya telah mengingkari janjinya dan telah melanggar sumpahnya. Lama Siboru Nauli termenung sambil menatapi anaknya, tetapi apa mau dikata sumpah sudah dilanggar hukumannya pun tidak bisa lagi dielakkan.
Dengan diiringi tangis dan kesedihan, Siboru Nauli memerintahkan anaknya agar pergi menjauh keatas bukit karena hujan dan badai akan segera datang, sebab suaminya telah mengingkari janjinya. Setelah melihat anaknya telah sampai di puncak bukit, Siboru Nauli pun pergi kesungai untuk mencelupkan diri, diiringi dengan turunnya hujan badai yang sangat dasyat bercampur gemuruh, halilintar bergetar seolah – olah membelah bumi dan banjir pun datang dengan derasnya sehingga menggenangi seluruh desa mereka, air pun semakin membesar dan membentuk satu kubangan seperti danau. Dari cerita inilah berawal asal mula terjadinya Tao Toba ( Danau Toba ). ( Erlin Hasibuan / dari berbagai sumber )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar